Sabtu, 12 November 2016

The Morning After the Trump Win First Waking Thoughts of an American Muslim Female

Wed 09 November 2016 - 17:44

Related Links

·        
·        
·        
I waited up all night to hear the results. Being 7 hours ahead of the States, I couldn’t do it. I finally fell asleep fitfully only to be awoke 3 hours later by a call. My best friend from home in the USA is shaken, due to the results just being read.
“Tammy, how can this happen? How can this hateful man be our President?”
I was absolutely shocked. “What?? Please tell me you aren’t saying he won!”
We sat on the phone for over 2 hours crying, yelling and pondering what will happen next to our country. Will there be chaos in the streets? Hate crimes occurring daily everywhere? Would I be able to come home? While campaigning, Trump had mentioned that Muslims, even American Muslims living abroad, wouldn’t be able to enter the States. Living in Egypt for the past 3 years, going home to the States to visit the family was always a highlight of my year. But now, I’m frightened.
See, Trump has given a legitimate voice to all of the racists, Islamaphobes, homophobes and bigots. His supporters can’t wait to ‘Make America Great Again’ and apparently, that means dispelling all of us Muslims. A large portion of these supporters, I would assume also are gun owners. Hmmm, let’s see, gun owner with a hate-filled heart and a President that says it’s okay to feel that way….well, I just don’t see anything good coming out of it.
In my little state, there’s a very small population of Muslims, in fact, we don’t even have our own proper Mosque. There are even less ‘noticeable’ Muslims, i.e ladies that wear hijab. So, when someone sees a hijabi, they all stare suspiciously. I can handle the stares. I’m only home for a month to visit family. These people that stare so openly at me, I’ll most likely never see again so stare away Mr.Starer!
BUT, now we have President Trump! He has given voice to those that hate. The next time Mr.Starer stares, will he approach me? Will he assault me even though I’m American?
After getting off the phone, my heart was filled with sorrow. I needed to pray. With a heavy heart, I cried in sujood and spilled out my heart for Allah the Almighty. I stayed in sujood until I felt peace.
Clarity came. I had a thought. Mr.Starer is scared of me. He doesn’t know any Muslims. He doesn’t know that I’m scared of most likely the same things as him. ISIS scares me. 9/11 broke my heart too. It was then that I realized that we need to do more as American Muslims. We need to show America what a Muslim really is. It’s not the scary people doing terrible things on the News.
I believe now more than ever, we need to practice the teachings of our beloved Prophet (peace and blessings upon him). We need to be good to those that want to harm us. We need to spread love in the face of hate. We ultimately need to ‘kill them with kindness’.
See, it’s hard to hate someone when they are being nice to you. We need to feed them. Help them. Care for them. Love them and forgive them, for they never knew a Muslim before and they were just frightened.
It’s time to move away from the keyboard and go outside. Meet our neighbors. Join the community clean up programs. Volunteer at the nursing home. Volunteer as much as possible. Everywhere. you see a group of people outside working, stop, bring drinks and food. And don’t get all preachy and started doing dawah on them, we just want to show them what a Muslim really is, a person that cares about all of humankind.


About Tammy Perkins


Shock & Anger Dominate Social Media Over Trump’s Victory


·         Ask About Islam
·         Ask the Counselor
·         Fatwa
·        

The Story of Prophet Yusuf and the Wife of al-Aziz

Salam Dear Sister, Thank you for your question and for contacting Ask...

·         Is the Bible the Word of God?

·         Remove Hijab Because of Hate Crimes?

·         Defining Kafirs (Infidels)?

·         Repeating the Same Sin: Will Allah Forgive?

Latest Live Sessions

Living in the West & Need a Fatwa?



Zakah and Financial 

Rakyat Turki Menolak Partai Sekuler, Liberal, Komunis, Nasionalis, dan Memilih AKP

 JAKARTA (voa-islam.comm) – Rakyat Turki menolak partai yang berhaluan sekuler, liberal, nasionalis, dan komunis warisan Kemal Attaturk. Rakyat Turki lebih memilih AKP (Partai Keadilan dan Pembangunan) yang berorientasi kepada prinsip dan nilai Islam.

Hanya dalam waktu beberapa jam, hasil  pemilihan  parlemen Turki,  hasilnya sudah dapat diketahui di seluruh dunia. Di mana Partai AKP memenangkan pemilihan parlemen, secara mutlak, hampir 50 persen atau 49,41 persen. Kemenangan AKP ini mengulangi kembali kemenangannya di tahun 2011. Di mana AKP menang 49,08 persen.
Partai AKP yang didirikan oleh Recep Tayyib Erdogan, di tahun 2000, dan ikut dalam pemilu tahun 2002, secara berturut-turut tiga kali pemilihan menang mayoritas. Ini sangat luar biasa. Bagaimana partai yang menggunakan prinsip dan nilai Islam, begitu mendapatkan kepercayaan dari rakyat Turki? Turki dibawah AKP berhasil menciptakan kehidupan yang stabil, dan melakukan perubahan besarr-besaran.
Turki dibawah Erdogan dan AKP mengalami perubahan yang sangat drastis. Di mana rakyat Turki sekarang menikmati kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Termasuk bidang ekonomi. Ekonomi Turki sekarang ini, menjadi kekuatan ekonomi nomor empat diantara negara-negara Eropa. Pemerintahan AKP secara perlahan-lahan menuju ke arah Islamisasi, meskipun tetap mengakomodasi nilai-nilai modern.
Erdogan yang pernah sekolah "imam  dan khatib" itu bertekat dengan segala obsesinya ingin menjadikan Turki, sebagai pusat penjuru Dunia Islam. Saat kampanye di bulan Juni, Erdogan mengatakan ingin mengembalikan Khilafah Turki Otsmani. Turki menjadi pusat kekuasaan Islam, dan memimpin dunia.
Obsesi itu semakin jelas. Dengan langkah yang diambil Erdogan. Dengan langkah yang terencana yang difinitif, dan kebijakan-kebijakan serta strategi yang dijalankan oleh Erdogan. Erdogan bacaan al-Qur'annya fasih dan suara yang sangat merdu itu, tidak pernah menutupi keinginannya mengambalikan kejayaan Turki, seperti di zaman Khilafah Otsmanni.
Kemakmuran dan stabilitas yang dicapai oleh Turki dan Partai AKP itu, belum pernah terjadi di sepanjang sejarah Turki, dibawah partai-partai sekuler yang mengikuti ideologi sekulerisme yang pernah di paksakan oleh Kemal Attaturk. Sejak tahun l924. Kemal Attaturk menggulingkan Khilafah Otsmaniyah, terakhir dibawah Sultan Hamid II.
Tapi, sejak dibawah Kemal Attaturk dan penggantinya Turki tidak pernah bisa menikmati kemakmuran dan pembangunan. Turki selalu berada menghadapi konflik internal, dan tidak stabil. Adanya perebutan kekuasaan silih berganti. Baru dibawah AKP, Turki mengalami kehidupan politik yang stabil, dan berjalannya pembangunan. Militer Turki menjalankan fungsinya sebagai alat negara.
Sekarang, Turki dengan dukungan Jerman akan menuju anggota Uni Eropa. Ini menggambarkan status Turki, sejajar dengan seluruh negara Eropa, dibidang ekonomi, politik, dan pembangunan. Di era AKP pembangunan infrastruktur berkembang sangat pesat, termasuk pembangunan infrastrukur di seluruh Turki. Erdogan membangun jaringan kereta cepat, dan berbagai sarana transfortasi yang menghubungkan kota-kota Turki.
Standar kehidupan rakyat Turki sejajar dengan kehidupan rakyat di negara-negara Uni Eropa. Rakyat mendapatkan perumahan yang berstandar di negara-negara Uni Eropa. Turki membangun perumahan yang sangat luas, dan apartemen yang menjadi hunian rakyat Turki. Benar-benar standar hidup rakyat Turki sekarang sejajar dengan negara-negara Eropa.
Erdogan, Ahmed Davotuglo, dan AKP berhasil mendapatkan kepercayaan rakyat Turki, dan mendapatkan dukungan politik hampir 50 persen. Ini sebuah kemenangan yang sangat bersejarah bagi AKP yang keempat kali dalam pemilu. 
Dengan memenangkan suara mayoritas mutlak, maka AKP akan mengubah konstitusi dan seluruh aturan di Turki, dan menuju negara yang maju dan sejajar dengan negara maju manapun di dunia.
Hasil pemilu parlemen 1 Nopember, kemarin : AKP mendapat  hampir 50 persen suara dengan 316 kursi, CHP 25 persen suara dengan 134 kursi, MHP 11,93 persen suara dengan 41 kursi, dan HDP 11,70 persen suara dengan 59 kursi. Partai sekuler,  liberal, komunis, dan nasionalis, mengalami kemunduran dalam perolehan suara, dibanding pemilu bulan Juni lalu.
Komposisi hasil  pemilu itu menggambarkan bagaimana perubahan sikap rakyat Turki, dan kembali menjatuhkan pilihannya kepada Partai AKP. Hal ini akan memberikan stabilitas Turki dalam membangun masa depannya. Rakyat Turki sudah merasakan hasilnya selama lebih satu dekade dibawah AKP.
Rakyat Turki yang memilliki hak pilihnya 56,965,099 juta, dan yang menggunakan hak pilihnya 48, 180, 515, sedangkan suara yang sah 47,495,941. Seluruh rakyat Turki yang menggunakan hak pilihnya 99,58 persen. Hanya dalam waktu singkat beberapa jam saja, seluruh dunia sudah dapat melihat hasil pemilu parlemen Turki.
Ahmed Dovutoglu mengatakan, 'Kemenangan ini bukan milik kita (AKP), tapi milik bangsa dan seluruh rakyat Turki”, tegas Ahmed Dovutoglu di depan ratusan ribu rakyat Turki, yang menyambut kemenangan AKP, menjelang malam, Minggu, 1/11/2015.
Selanjutnya, Ahmed Dovutoglu berbicara di Konya sebelum menyampaikan pidato kemenangan di ibukota Ankara. Dia mengingatkan pemilih AKP, dan mengatakan: "Jangan terprovokasi", ucapnya. "Hari ini, anda akan menyapa tetangga anda, dan anda akan merangkul saudara anda lebih dari sebelumnya. Anda tidak akan terprovokasi ", tambahnya.
Davutoglu juga menyampaikan kepada para pendukung lawan politiknya, mengatakan mereka tidak harus merasa bahwa mereka kalah dalam pemilihan: "Tidak ada yang kalah hari ini, yang ada semuanya pemenang, dan pemenangnya adalah bangsa kita, republik kita, demokrasi kita”, tambahnya.
Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP menghadapi ujiran luar biasaa, hanya berselang beberapa minggu, sebelum pemilihan parlemen Turki, terjadi pemboman yang sangat dahsyat, saat berlangsung aksi damai yang dilakukan aksi demonstrasi damai oleh kelompok pendukung Kurd,  di Ibukota Ankara. Lebih 100 orang tewas,  dan lebih 300 orang luka.
Semua pengamat politik menyimpulkan pemboman di ibukota Ankara itu akan menamatkan Erdogan, Dovutoglu dan AKP. Apalagi, Erdogan sudah difatwakan "murtad" dan "kafir" dengan memilih jalan demokrasi, seperti Muhamad Mursi. Tapi,  ternyata rakyat Turki tetap percaya kepada Erdogan, Dovutoglu, dan AKP. Kemenangan Erdogan, Ahmed Dovutoglu, dan AKP bakal mempengaruhi situasi regional yang penuh konflik  seperti yang terjadi di Suriah, Irak, dan Palestina.
Zionis-Israel berulangkali ingin meghancurkan Erdogan dan AKP dengan menggunakan kelompok separatis Kurdi. Karena Erdogan dan  Dovutoglu mendukung perjuangan Palestina dan Hamas. Erdogan  dan  Dovutoglu berulangkali bertemu dengan Ketua Biro Politik Khaled Misy'al di Ankara dan Istambul. Turki satu-satunya negara yang memiliki komitmen yang  teguh membela perjuangan rakyat Palestina.
Membandingkan antara Turki dengan Indonesia. Seperti langit dan bumi. Indonesia  sudah 70 tahun merdeka. Rakyat tambah mlarat. Makan nasi aking (basi). Penduduk yang mlarat terus bertambah. Pengangguran  berjibun. Bukan berkurang. Rakyat masih banyak yang tinggal  di kolong jembatan, emper toko, bantaran  kali, dan pinggir rel  kereta. Kemudian, mereka digusur seperti binatang,  tanpa rasa belas kasihan dan perikemanusiaan.
Hanya para pejabat dan pemimpin partai yang perutnya kenyang dan buncit. Mereka hidup mewah, bergelimang harta.  Dengan  menjual negara kepada "Asing dan A Seng". Sedangkan rakyat tetap mlarat. Mereka mengeruk uang rakyat melalui APBN. Sementara itu, pemilu hanya menjadi ajang menipu rakyat. Nasib rakyat di jajah dan diperbudak “Asing dan A Seng”, dan menjadi bangsa yang hina.
Mulai zaman Soekarno sampai era Jokowi, partai-partai sekuler, nasionalis, dan liberal, tak dapat membuat rakyat menjadi lebih makmur dan bahagia. Rakyat tambah miskin dan mlarat. Setiap pemilihan partai-partai dan pemimpinnya, selalu mengatakan ingin memakmurkan dan mensejahterakan rakyat.
Sudah 70 tahun merdeka. Tapi kemakmuran dan kesejahteraan tidak pernah ada. Begitulah hidup dibawah partai-partai yang sekuler, seperti di Indonesia. Dengan slogan dan janji yang terus digelorakan itu, tak pernah ada yang nyata dirasakana rakyat. Semuanya hanya menipu rakyat, dan membuat sengsara terhadap rakyat. Mereka yang mengaku pemimpin itu, hakekatnya para penjahat yang berkedok “pemimpin”. Wallahu'alam.

Share this post..
   

latestnews


Prof. Jawahir: Semua Unsur untuk Menjerat Ahok Sudah Terpenuhi karena Telah Menimbulkan Gangguan Nasional 84 Selasa, 08 November 2016

pos-metro.com - Penyidik Bareskrim Mabes Polri semestinya tidak sulit untuk menetapkan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki T. Purnama sebagai tersangka kasus penistaan agama. Karena sudah terpenuhi semua unsur untuk menjerat Ahok, sapaannya.


Direktur Centre for Local Law Development Studies (CLDS) Prof. Jawahir Thontowi menjelaskan, dari unsur perbuatan, pernyataan Ahok yang disampaikan dalam sebuah pertemuan di Kabupaten Kepulauan Seribu jelas sebuah penistaan agama/Islam.

"Karena seseorang yang bukan Muslim menggunakan Surat Al Maidah ayat 51 sebagai argumentasi menuduh penduduk Kepulauan Seribu yang tidak memilih Ahok," jelas Prof. Jawahir (Senin, 7/11).

Sedangkan dari unsur niat jahat, katanya melanjutkan, jelas ada unsur kesengajaan untuk melakukan penistaan agama. Sebab peristiwa pada Selasa, 27 September 2016 lalu itu merupakan pemantik yang sesungguhnya sudah berulang kali diucapkan Ahok. 

"Dari aspek bahasa, kesalahannya bukan karena ada tidaknya 'kata pakai', melainkan pada kata "dibohongi". Sehingga konotasinya tidak lain sebagai alasan yang digunakan sebagai argumentasi memperkuat tudingan yang tidak tepat," ungkapnya.

Sementara dari unsur sebab-akibat, hal ini juga sudah terpenuhi. Terbukti unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan umat Islam yang tak terima dengan pernyataan Ahok tersebut.

"Bahwa nyatanya ucapan Ahok atas surat Al Maidah 51 sebagai penistaan atas agama/Islam telah terpenuhi karena telah menimbulkan rasa terhina atau tenista yang menimbulkan gangguan ketertiban secara nasional," tekan dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta ini. 
Lebih jauh, Prof. Jawahir menjelaskan dugaan tindakan Ahok sebagai delik umum/bukan delik  aduan adalah telah dibuktikan adanya bukti-bukti atau petunjuk yang jelas yaitu secara formal ada fakta TKP di Kepulauan Seribu, ada video tentang Ahok yang cenderung melakulan penistaan atau penghinaan, ada saksi hidup yang mendengarkan, dan juga adanya keterangan dari saksi ahli.

"Ulama-ulama, habaib, intelektual Muslim dan sebagian besar umat Islam adalah golongan yang telah dirugikan hak-hak kebebasan agama karena perkataan Ahok tersebut," tegasnya.

Menurutnya juga, tidak kurang dari dua juta kaum muslimin yang turun ke jalan pada aksi Bela Islam 4 November lalu adalah subyek hukum yang membuktikan perbuatan dan ucapan Ahok adalah salah dan menista harga diri atau harkat dan martabat umat agama sebagaimana diiatur dalam Pasal 156 KUHP.

Dengan demikian, seharusnya proses hukum dilakukan Polri untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan yang akhirnya dapat disimpulkan tanpa ada keraguan (unreasonable doubt)  bahwa Ahok telah melakukan tindakan pidana penistaan yang harus ditetapkan sebagai tersangka dan segera harus dilakukan penahanan.


"Selamat bekerja Bareskrim Polri secara profesional dan berkeadilan serta selamat pula pada relawan Muslim yang turut mengawasi jalannya proses hukum ini," demikian Prof. Jawahir yang juga Direktur Centre of Study for Indonesian Leadership ini. [rmol]

Kepada Yang Ananda hormati, Ayahanda DR H Muhammad Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang da'i bernama Achmad Buchory-Muslim Muhammad mengunggah sebuah surat terbuka untuk Wakil Presiden Jusuf Kalla di laman Facebook-nya. Surat yang menggugah tersebut kini mulai bersiliweran di media sosial sejak diunggah pada Jumat (27/10), lalu.
Dalam suratnya, Achmad Buchory ingin meminta kesediaan JK berbisik pada Presiden Jokowi terkait situasi umat Islam saat ini yang merasa agamanya telah dinista Gubenur DKI nonaktif Basuki Tjahaja Purnama. Berikut surat terbuka Achmad Buchory:
#SURAT TERBUKA

بسم الله الرحمن الرحيم

Kepada Yang Ananda hormati,
Ayahanda DR H Muhammad Jusuf Kalla
Wakil Presiden Republik Indonesia
di

Jakarta

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Semoga Allah
جل جلاله Senantiasa merahmati Bapak sekeluarga khususnya dan semua keluarga Besar Istana Wakil Presiden Republik Indonesia agar dapat melaksanakan tugas sehari-hari khususnya tugas Mulia dan Utama kita menjadi Hamba sekaligus KhalifahNya di muka bumi yang sementara ini.

Sebelumnya, ananda Ucapkan : #Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2016, #SEMOGA SPIRIT SUMPAH PEMUDA MENJADI SPIRIT KITA DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA

#Tabe Puang,

Rasanya sudah agak lama tidak ketemu dengan Bapak, dan rasanya saya hampir lupa kalau Bapak masih Wakil Presiden Republik Indonesia (Sekali lagi tabe) karena nyaris tanpa berita apalagi memang ananda jarang nonton televisi. Terakhir ketemu Bapak beberapa bulan yang lalu, ketika ananda menjadi Khatib dan Imam di Masjid-ta Baiturrahman Istana Wakil Presiden.

Hal ini bukan mengada-ngada, karena semua Rakyat tahu Bapak tidak ada ketika pelantikan Mentri Baru Pak Jonan dan Pak Archandra dimana saat itu kami sedang aksi besar Ummat Islam dari Masjid Istiqlal - Kantor Kabarseskrim - Balaikota tiga Jum'at yang lalu dalam rangka menuntut pengadilan atas penista Al Qur'an, Kitab Suci kita.

#Tabe Puang,

Alhamdulillah ananda cukup terhibur, ketika baca berita beberapa hari terakhir dimana mulai ada suarata terkait penistaan yang menghebohkan Ummat Islam, bukan hanya Indonesia tetapi seluruh Dunia. Bahkan yang non Muslimpun turut mengutuk atas perbuatan zhalim tersebut. Sungguh ananda senang, sama senangnya ketika kami para Da'i dengan sukarela menjadi Jurkam Bapak dan Pak Wiranto (tabe : sekarang saya tidak dengar suaranya terkait peristiwa ini, dan ananda juga ga ingat kalau beliau ternyata Menko Polhukam) ketika menjadi Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI tahun 2009 yang lalu.

Senangnya kami membaca berita itu akan bertambah, jika sebagai Orang Tua dan dituakan di Negri Mayoritas Ummat Islam ini apatahlagi "Kita" juga sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia, bukan hanya menasihati dan mengingatkan BTP Gubernur "Durian runtuh" DKI (tabe, tak enak menyebut nama akrabnya karena tidak bagus artinya di kampung ananda, juga dalam bahasa Inggris), tapi perlu ki bicara sama Pak Jokowi, Presiden kita (#tabe Puang, tidak bermaksud mengajari) untuk memperhatikan gelombang aksi protes yang sangat dahsyat, hampir seluruh Negri tercinta ini, walau di televisi nyaris tak ada beritanya.

Gelombang aksi masih akan terus berlanjut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang aksi masih akan terus berlanjut menuntut Gubenur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama ditetapkan sebagai tersangka. Tuntuntan penetapan tersangka itu karena pria yang disapa Ahok ini dinilai telah terbukti menista agama Islam.

Meski aksi terus dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, terakhir demo dilakukan di Bogor Jawa Barat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan demo mesti tertib, tidak melanggar ketententuan yang sudah ditetapkan.

"Setelah melihat aksi dengan jumlah ratusan ribu umat Islam pada Kamis siang di kota Bogor Jawa Baratm ulama-ulama sedunia telah sepakat, demo atau unjuk rasalah dengan tertib," kata wakil Ketua MUI Anton Tabah Digdoyo kepada Republika.co.id, Jumat (29/10).

Menurut Anton yang juga Dewan Pakar ICMI ini, jika demo dilakukan dengan tertib, aman dan nyaman akan mendapatkan pahala. Karena akasi itu (demo) bagian dari dakwah, amar ma'ruf nahimunkar ,"Itu jika aksinya dilakukan dengan niat karena Allah, terlebih jika UU negara melegalkan demo atau unjuk rasa," ujarnya.

Anton yang juga mantan jenderal polri ini menegaskan demo yang dilakukan jutaan umat Islam se Indonesia akhir-akhir ini bukan mendemo pilkada. Tapi karena perbuatan penodaan agama yang dilakukan Ahok.

Jadi, Anton mengatakan yang perlu dijelaskn pada publik, pertama tidak ada hubungan dengan pilkada tapi perbuatan melecehkan Alquran tersebut secara kebetulan terjadi menjelang pilkada. Keduam demo tidak ada hubungannya dengan umat Kristen, bahkan umat Kristen pun ada yang ikut demo. "Jadi ini bukan SARA" katanya.

Ketiga, Anton melanjutkan, demo juga tidak ada hububungannya dengan masyarakat Cina di Indonesia. Bahkan masyarakt Cina di Indonesia juga ikut demo karena marah dengan perbuatan Ahok yang melecehkan kitab suci tersebut. 

Untuk itu Anton yang juga Pembina HMI, wanti-wanti mengimbau agar demo dakwah demi amar ma'ruf nahimunkar harus santun, aman dan tertib. Sekaligus menghibur masyarakt yang sudah penat dengan pekerjaannya sehari-hari sehingga mengundang simpati seluruh rakyat.